sumber www.google.com |
Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
Pada awalnya, the
WAIS merupakan the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WB) pada tahun 1939.
Wechsler menunjukkan bahwa tes inteligensi seperti Stanford-Binet dirancang
untuk mengukur intligensi anak-anak dan untuk beberapa kasus yang mencakup
orang dewasa tidak dapat sesuai. Terlebih untuk tes verbal yang standarnya
kurang sesuai. Untuk mengatasi masalah ini, Wechsler
membuat alat tes yang bernama Wechsler-Bellevue, dimana item-itemnya banyak
yang diadopsi dari Tes Binet-Simon, the Army Alpha, yang biasa digunakan untuk
tes militer pada Perang Dunia I dan dari tes-tes lainnya. Pada tahun 1955,
Wechsler-Bellevue diganti dengan the WAIS,yang direvisi kembali pada tahun 1981
dengan nama WAIS-R, dan direvisi kembali menjadi the WAIS-3 pada tahun 1997.
Item-item pada skala the WAIS diambil dari variasi tes, seperti pengalaman
klinis dan dari proyek-proyek pilot. Item-item tersebut dipilih dengan dasar
validitas empiris walaupun seleksinya didasari oleh Wechsler’s theory of the
nature intelligence. Revisi the WAIS-R merupakan usaha untuk memodernisasi
konten alat tes, seperti, informasi baru item subtes yang mengacu pada orang
kulit hitam yang terkenal dan kepada wanita,untuk mengurangi ambiguitas, untuk
mengurangi pertanyaan-pertanyaan kontroversial, untuk memfasilitasi
administrasi, dan menilai dengan tepat sesuai dengan perubahan pada Manual.
Skala verbal
|
Deskripsi
|
Information
|
Mengukur tingkat pengetahuan. Berisi
pertanyaan yang biasanya orang dewasa tahun. Contoh : Dari mana arah matahari
terbit?
|
Digit Span
|
Berisi pengulangan angka dari 3 sampai 9
digit dan 2 sampai 8 digit mundur. Untuk menilai memory dan efek dari
kekacauan kecemasan.
|
Vocabulary
|
Untuk menilai kosakata.
|
Comprehension
|
Untuk menilai pengetahuan umum dan
penarikan kesimpulan
|
Arithmetic (T)
|
Untuk menilai tingkat konsentrasi.
Mengatasi masalah pada anak-anak sekolah dasar.
|
Table 5–1. The WAIS-R subtests
Performance
scale
|
Deskripsi
|
Picture
Completion
|
Tes
dengan gambar-gambar yang ada bagian-bagian yang hilang. Untuk mengukur
kecakapan terhadap detail-detail/ketelitiansdf
|
Picture
Arrangement (T)
|
Satu set
gambar-gambar yang disusun menjadi sebuah cerita. Mengukur kemampuan membuat
perencanaan.
|
Block
Design (T)
|
Sebuah
desain untuk menyusun blok-blok yang penuh warna. Mengukur pertimbangan
secara non lisan
|
Object
Assembly (T)
|
Desain
yang menyediakan objek-objek yang familiar seperti tangan, untuk disusun.
Menilai kemampuan melihat hubungan dan membuat menjadi satu bagian
|
Digit
Symbol (T)
|
Mengukur
pertimbangan visual-motor. Dengan cara memasangkan 9 simbol dengan 9 digit
angka sesuai dengan urutan yang tersedia
|
B. Norm
Sampel normatif terdiri dari sekitar 1.900 individu sebagai
representatif dari berbagai ras, dan wilayah tempat tinggal yang berbeda.
orang-orang ini didistribusikan secara merata di sembilan level umur, dari usia
16-17 , umur 70-74, dan dewasa normal, dan penyandang kondi kejiwaan atau
fisik yang parah.
C. Pattern analysis
Penggunaan skala Wechsler telah menghasilkan sejumlah besar informasi
diantaranya : analisi pola, makna dari perbedaan antara skor skala subteks atau
antara IQ verbal dan kinerja. Contohnya kita dapat mengharapkan IQ seseorang
dan kinerja IQ Verbal menjadi cukup mirip. Pola kinerja mungkin berhubungan
dengan beberapa kondisi diagnostik. Sebagai contoh, kinerja menghitung jauh
lebih tinggi dari kemampuan kosakata mungkin hal ini menunjukkan belahan
otak kiri mengalami penurunan kinerja otak kiri. (Haynes&Bensch,1981).
Wechler (1941) berpendapat bahwa perbedaan besar dari dua titik skala rata-rata
subset orang yang signifikan mencerminkan beberapa kelainan. Bagian sulit dari
analisi pila adalah perbedaan antara subyek yang diperoleh oleh salah satu
individu mungkin mencerminkan kondisi diagnostik yang rendah seperti objek
majelis dan picture arrangement.
D.
Factor Structure
Apakah tes Wechsler mengukur
g, dua atau tiga faktor, adalah sebuah isu yang sampai sekarang belum dapat
dipecahkan. Studi dari analisis faktor sepertinya menyatakan bahwa ada satu
faktor umum dalam WAIS, yang dinamakan ‘general reasoning’. Namun, banyak juga
yang menemukan dua sampai tiga faktor penting lainnya, yang disebut ‘verbal
comprehension’, ‘performance’, dan ‘memory’. WAIS-R juga telah
difaktor-analisiskan dan hasilnya juga kurang jelas. Naglieri dan A.S Kaufman
(1983) menampilkan enam faktor yang dianalisis menggunakan metode yang berbeda.
Metode yang bervariasi menghasilkan dari satu sampai empat faktor, tergantung
dari kelompok umur. Penulis menyimpulkan bahwa interpretasi yang paling bisa
dipertahankan adalah dua faktor, Verbal dan Performance, dan diikuti dengan
tiga faktor lain, yaitu: Verbal, Performance, dan Freedom from distractibility.
Penggunaan tes
lebih ringkas yang menjadi aspek yang bernilai dari tes WAIS, dinamakan
experimental clinical situation, dimana perilaku subjek dapat diobservasi
dibawah kondisi yang standar. Hal itu secara umum disetujui bahwa tes yang
lebih ringkas tersebut seharusnya hanya digunakan sebagai tes seleksi
dibandingkan sebagai prosedur diagnostik atau asesmen atau penelitian dimana
perkiraan intelegensi yang lebih dalam.
E.
Group Administration
Meskipun tes
Wechsler adalah tes yang diujikan per individu, beberapa investigator berusaha
untuk mengembangkan tes ini ke dalam bentuk kelompok, dengan memilih bagian yes
yang khusus dan mengubah prosedur pengontrolan sehingga sekelompok orang dapat
diuji secara serentak. Hasil dari pengontrolan ini secara umum berkorelasi dari
rentang 0,80 sampai 0,90 dengan standar pengontrolan., meskipun lagi menyatakan
bahwa data observasi yang kaya dapat dikumpulkan dari pengontrolan per
individual.
F. Examiner
Error
Slate dan Hunnicut
(1988) mengajukan beberapa alasan yang dapat menjelaskan adanya kesalahan
penguji dalam skala Wechsler, yaitu:
1.
kurangnya training dan dan
kurangnya prosedur instruksional
2.
ambiguitas dalam tes manual,
kurang jelasnya penjelasan tentang pemberian skor, dan kurangnya instruksi yang
lebih spesifik yang akhirnya mengambigukan respon
3.
kecerobohan penguji dalam
penghitungan maupun pengontrolan
4.
kesalahan yang disebabkan
karena perbedaan antara penguji dan yang diuji
5.
masalah pekerjaan dari
penguji
Keuntungan:
-Mencakup rentang umur 16-74 tahun
-Penyelesaian manual WAIS-R dapat
mencangkup standar pengukuran kesalahan
-Skalanya memiliki konten dan
struktur validitas
-Dapat digunakan untuk berbagai
instansi
-Reliabilitas tinggi
-Dapat menghasilkan sejumlah besar
informasi diantaranya : analisi pola, makna dari perbedaan antara skor skala
subteks atau antara IQ verbal dan kinerja
-Tes ini tidak memiliki bias
sistematis yang berlawanan dengan kelompok minoritas
Kelemahan:
Tes ini terlalu besar dan tidak dalam jalur konseptualisasi tertentu
dari psikometrik dan
inteligensi serta
adanya examiner error.
TES IST (Inteligence Structure Test)
A. Sejarah Perkembangan Tes IST (Intelligenz
Struktur Test)
Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur
inteligensi individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt,
Jerman pada tahun 1953. Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan
struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil
tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui manifestasinya
misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes.
Berdasarkan
pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis
kerja sebagai berikut:
“Komponen dalam
struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang dominan
kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan
yang lainnya.”
Pandangan
Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor,
teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki
faktor. Berdasarkan teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang
diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara
subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor
yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak
berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor).
Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor
subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari
9 subtes.
B. Perkembangan Tes IST
Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu
interkorelasi yang rendah antar subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes
dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang rendah pula (r=0.60).
Semenjak
diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para
koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun
2000-an.
Tes IST 1953
Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia
14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek
pada tahun 1953.
Tes IST 1955
Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia
untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam
penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada
pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia.
Tes IST 1970
Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian
dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10 tahun, maka
disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini
memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel;
yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya
bagi penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang kelompok usia diperluas menjadi
berawal dari 12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan
pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran
bidang yang tidak merata dan menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika
subjek gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan
soal hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya.
Tes IST 2000
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat
pada soal hitungan.
Tes IST
2000-Revised
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan
subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
Grundmodul-Kurzform
(Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU,
dan MA.
Modul ME:
terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural
Erweiterungmodul
(Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes Wissentest (tes
pengetahuan)
IST yang
digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali
digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam
Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Fungsi dan
Tujuan IST
Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian-
bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur
intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok
untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum
digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan
dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
Skoring dan
Interpretasi Tes IST
Skoring
Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa
setiap jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk
semua subtes (SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes
04-GE, setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai
0. Khusus untuk subtes 04-GE, tersedia nilai 2, 1, dan 0; karena subtes ini
berbentuk isian singkat maka nilai yang akan diberikan tergantung dengan
jawaban yang diberikan oleh subjek.
Total nilai benar
yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai ini belum
dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah
dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW
inilah yang dapat menjadi materi untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi.
Adapun norma yang digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek.
Interpretasi
Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat
dilakukan. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan
semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam
Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Interpretasi
yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut:
Taraf
kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat
diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan
perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu
dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya. Dimensi
Festigung-Flexibilität. Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak
berpikir yang dimiliki oleh subjek.
Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub yang ekstrim, Keduanya
menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti
corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität memiliki arti corak
berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan
(pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub seiring
bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek apakah memiliki
kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan
nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka subjek
memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka
subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.
Profil M-W.
Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau
praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat
dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika
grafik menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M
(verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah
W (praktis-konkrit)
TES
BINET
pada tahun 1905, Binet mendapatkan tugas dari pemerintahan untuk
mendeteksi anak-anak yang memiliki kecerdasan terbelakang. Binet berasumsi
bahwa kecerdasan dapat diukur melalui tugas-tugas yang menggunakan penalaran
dan pemecahan masalah bukan pada ketrampilan motorik (fisik) dalam melakukan
tugasnya binet bekerja sama dengan ahli psikologi prancis theodore Simon
menerbitkan skala Binet-Simon yg pertamanya.
Skala ini, yang
dikenal sebagai skla 1905, terdiri dari 30 masalah atau tes yang diatur dalam
urutan tingkat kesulitan yang makin tinggi. Tingkat kesulitan ditentukan secara
empiris dengan menyelengarakan tes pada 50 anak normal berusia 3 sampai 11
tahun. Dan pada sejumlah anak terbelakang mental dan orang dewasa. Tes tes ini
dirancang sehinga mencakup rentang fungsi-fungsi yang luas, yang diangap binet
sebagai komponen hakiki inteligensi. Meskipun termasuk disini tes tes-tes
indrawi dan persepsi proporsi muatan verbal sebenarnya jauh lebih banyak
ditemukan pada skala ini ketimbang pada rangkaian tes tes lain waktu itu.
Pada tahun 1908, skala kedua, jumlah tes ditingkatkan, sejumlah tes yang
tidak memuaskan dari dkala terdahulu dihapus, dan semua tes dikelompokka dalam
tingkatan umur atas dasar kinerja dari 300 anak normal berusia antara 3 sampai
13 tahun. Dengan demikian, pada level 3 tahun ditempatkan semua tes yang sudah
dilalui dan berhasil dikerjakan oleh 80 sampai 90% anak anak normal berusia 3
tahun, pada level 4 tahun, semua tes yang dilalui oleh anak-anak normal 4
tahun; dan seterusnya sampai usia 13 tahun. Skor anak pada seluruh tes bisa
dirumuskan sebagai tingkatan mental yang berhubungan dengan usia
anak-anak normal yang kinerjanya ia samakan.
Pada tahun 1991,
ini adalah Revisi ketiga atas skala Binet-simon, tahun meningalnya Binet pada
usia yang masih muda. Dalam skala ini, tak dilakukan perubahan fundamental.
Hanya adalah revisi kecil dan relokasi atas tes-tes khusus. Lebih banyak tes
ditambahkan ke beberapa tingkatan usia, dan skala ini di perluas sampai pada
level orang dewasa.
Bahkan sebelum revisi 1908, tes Binet-simon menarik perhatian luas para
psikolog diseluruh dunia.terjemahan dan adaptasi muncul dibanyak Negara,
termasuk di Amerika Serikat. Pertama kali dilakukan oleh H.H.Goddard, kemudian
oleh psikolog riset di Vineland Training School (untuk anak-anak terbelakang
mental).
KLASIFIKASI IQ:
140 Keatas
|
Very
Superior
|
120-139
|
Suerior
|
110-119
|
Rata-rata Atas
(High average)
|
90-109
|
Normal atau
Rata-rata
|
80-89
|
Rata-rata
Bawah (Low average)
|
70-79
|
Boderline
Deffective
|
69-Kebawah
|
Cacat Mental (
mentally devective)
|
Dimana tes akan
dimulai. Beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk menentukan awal tes Binet
yaitu :
1. Menetukan
umur kronologis anak(CA)
2. Tes
dimulai pada titik dimana anak mempunyai kemungkinan untuk berhasil
\, akan tetapi dengan usaha
3. Pada
umumnya tes binet dimulai setengah tahun atau satu tahun dibawah umur
kronologis anak.
Menentukan
tingkat umur “basal” dan “celling” :
Basal
:Umur basal jika seseorang testee dapat menjawab seluruh item pada suatu
subtes.
Celling :umur
“celling” jika seseorang tidak dapat menjawab seluruh item pada suatu subtes.
MENCARI IQ :
Rumus : IQ
= MA / CA X 100
Ket :
MA :
umur mental didapatkan dengan cara umur basal ditambah dengan kridit tambahan
yang diperoleh subjek diatas umur basalnya.
CA :
Kronologi umur diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal kelahiran
atau umur kalender.
TUGAS TESTER :
1. Mengevaluasi
yang dilakukan subjek tertentu pada kondisi yang telah ditentukan.
2. Penyekoran
tes binet harus diskror selama penyajian, sedangkan konsultasi dengan kunci
penyekoran setelah skor penyekoran.
3. Mempertahankan
validitas dalam penyajian tes, dimana ada 3 hal penting yaitu :
a. Prosedur
baku harus diikuti
b. Tercipta
dan terpeliharanya hubungan baik agar testee mendapatkan rasa nyaman dan tenang
dalam tes.
c. Pebyekoran
dengan respon yang tepat,
PRINSIP UMUM
DALAM PELAKSANAAN TES :
1. Seorang
tester boleh mengulangi pertanyaan lebih dari satu kali, tapi sedapat mungkin
pertanyaan tersebut jangan diulang.
2. Apabila
testee tidak mengerti pertanyaan yang diajukan , maka tester bias menjelaskan
bagian terpenting dari pertanyaan tersebut.
3. Untuk
tes ingatan tidak dapat diulang, kecuali ada yang membuat testee tidak mengerti
seperti suara tester yang tidak jelas atau pendengaran testee yang kurang baik.
4.
Apabila jawaban yang diberikan meragukan dalam penyajian tes, maka
perlu dilakukan penjelasan lebih lanjut dari jawaban yang diberikan oleh
testee.
5. Skor
positif hanya apabila subjek tahu arti standar atau baku walaupun jawaban lain
betul.
DAFTAR PUSTAKA
Domino, George.
2006. Psychological Testing an Indruction. New York. Cambridge Univ.
Groth, Marnat.
2003. Psychological Assessment. New Jersey. University of Minnesota
Anastasi,
Anna. Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks. 2006
Suryabrata,
Sumadi. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1990
Wirawan Sarwono,
Sarlito. PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM. Raja Wali Pers: Jakarta. 2010
Sobur, Alex.
PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar