Kamis, 14 April 2016

macam-macam alat tes beserta penjelasannya

sumber www.google.com



Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)

Pada awalnya, the WAIS merupakan the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WB) pada tahun 1939. Wechsler menunjukkan bahwa tes inteligensi seperti Stanford-Binet dirancang untuk mengukur intligensi anak-anak dan untuk beberapa kasus yang mencakup orang dewasa tidak dapat sesuai. Terlebih untuk tes verbal yang standarnya kurang sesuai. Untuk mengatasi masalah ini, Wechsler  membuat alat tes yang bernama Wechsler-Bellevue, dimana item-itemnya banyak yang diadopsi dari Tes Binet-Simon, the Army Alpha, yang biasa digunakan untuk tes militer pada Perang Dunia I dan dari tes-tes lainnya. Pada tahun 1955, Wechsler-Bellevue diganti dengan the WAIS,yang direvisi kembali pada tahun 1981 dengan nama WAIS-R, dan direvisi kembali menjadi the WAIS-3 pada tahun 1997. Item-item pada skala the WAIS diambil dari variasi tes, seperti pengalaman klinis dan dari proyek-proyek pilot. Item-item tersebut dipilih dengan dasar validitas empiris walaupun seleksinya didasari oleh Wechsler’s theory of the nature intelligence. Revisi the WAIS-R merupakan usaha untuk memodernisasi konten alat tes, seperti, informasi baru item subtes yang mengacu pada orang kulit hitam yang terkenal dan kepada wanita,untuk mengurangi ambiguitas, untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan kontroversial, untuk memfasilitasi administrasi, dan menilai dengan tepat sesuai dengan perubahan pada Manual.

Skala verbal
Deskripsi
Information
Mengukur tingkat pengetahuan. Berisi pertanyaan yang biasanya orang dewasa tahun. Contoh : Dari mana arah matahari terbit?
Digit Span
Berisi pengulangan angka dari 3 sampai 9 digit dan 2 sampai 8 digit mundur. Untuk menilai memory dan efek dari kekacauan kecemasan.
Vocabulary
Untuk menilai kosakata.
Comprehension
Untuk menilai pengetahuan umum dan penarikan kesimpulan
Arithmetic (T)
Untuk menilai tingkat konsentrasi. Mengatasi masalah pada anak-anak sekolah dasar.

Table 5–1. The WAIS-R subtests
Performance scale
Deskripsi
Picture Completion
Tes dengan gambar-gambar yang ada bagian-bagian yang hilang. Untuk mengukur kecakapan terhadap detail-detail/ketelitiansdf
Picture Arrangement (T)
Satu set gambar-gambar yang disusun menjadi sebuah cerita. Mengukur kemampuan membuat perencanaan.
Block Design (T)
Sebuah desain untuk menyusun blok-blok yang penuh warna. Mengukur pertimbangan secara non lisan
Object Assembly (T)
Desain yang menyediakan objek-objek yang familiar seperti tangan, untuk disusun. Menilai kemampuan melihat hubungan dan membuat menjadi satu bagian
Digit Symbol (T)
Mengukur pertimbangan visual-motor. Dengan cara memasangkan 9 simbol dengan 9 digit angka sesuai dengan urutan yang tersedia

B.   Norm
Sampel normatif terdiri dari sekitar  1.900 individu sebagai representatif dari berbagai ras, dan wilayah tempat tinggal yang berbeda. orang-orang ini didistribusikan secara merata di sembilan level umur, dari usia 16-17 , umur 70-74,  dan dewasa normal, dan penyandang kondi kejiwaan atau fisik yang parah.






C.   Pattern analysis
Penggunaan skala Wechsler telah menghasilkan sejumlah besar informasi diantaranya : analisi pola, makna dari perbedaan antara skor skala subteks atau antara IQ verbal dan kinerja. Contohnya kita dapat mengharapkan IQ seseorang dan kinerja IQ Verbal menjadi cukup mirip. Pola kinerja mungkin berhubungan dengan beberapa kondisi diagnostik. Sebagai contoh, kinerja menghitung jauh lebih tinggi dari kemampuan kosakata mungkin  hal ini menunjukkan belahan otak kiri mengalami penurunan kinerja otak kiri. (Haynes&Bensch,1981). Wechler (1941) berpendapat bahwa perbedaan besar dari dua titik skala rata-rata subset orang yang signifikan mencerminkan beberapa kelainan. Bagian sulit dari analisi pila adalah perbedaan antara subyek yang diperoleh oleh salah satu individu mungkin mencerminkan kondisi diagnostik yang rendah seperti objek majelis dan picture arrangement.
  
       D.   Factor Structure

Apakah tes Wechsler mengukur g, dua atau tiga faktor, adalah sebuah isu yang sampai sekarang belum dapat dipecahkan. Studi dari analisis faktor sepertinya menyatakan bahwa ada satu faktor umum dalam WAIS, yang dinamakan ‘general reasoning’. Namun, banyak juga yang menemukan dua sampai tiga faktor penting lainnya, yang disebut ‘verbal comprehension’, ‘performance’, dan ‘memory’. WAIS-R juga telah difaktor-analisiskan dan hasilnya juga kurang jelas. Naglieri dan A.S Kaufman (1983) menampilkan enam faktor yang dianalisis menggunakan metode yang berbeda. Metode yang bervariasi menghasilkan dari satu sampai empat faktor, tergantung dari kelompok umur. Penulis menyimpulkan bahwa interpretasi yang paling bisa dipertahankan adalah dua faktor, Verbal dan Performance, dan diikuti dengan tiga faktor lain, yaitu: Verbal, Performance, dan Freedom from distractibility.

Penggunaan tes lebih ringkas yang menjadi aspek yang bernilai dari tes WAIS, dinamakan experimental clinical situation, dimana perilaku subjek dapat diobservasi dibawah kondisi yang standar. Hal itu secara umum disetujui bahwa tes yang lebih ringkas tersebut seharusnya hanya digunakan sebagai tes seleksi dibandingkan sebagai prosedur diagnostik atau asesmen atau penelitian dimana perkiraan intelegensi yang lebih dalam.


      E.   Group Administration
Meskipun tes Wechsler adalah tes yang diujikan per individu, beberapa investigator berusaha untuk mengembangkan tes ini ke dalam bentuk kelompok, dengan memilih bagian yes yang khusus dan mengubah prosedur pengontrolan sehingga sekelompok orang dapat diuji secara serentak. Hasil dari pengontrolan ini secara umum berkorelasi dari rentang 0,80 sampai 0,90 dengan standar pengontrolan., meskipun lagi menyatakan bahwa data observasi yang kaya dapat dikumpulkan dari pengontrolan per individual.

        F.    Examiner Error
Slate dan Hunnicut (1988) mengajukan beberapa alasan yang dapat menjelaskan adanya kesalahan penguji dalam skala Wechsler, yaitu:
1.    kurangnya training dan dan kurangnya prosedur instruksional
2.    ambiguitas dalam tes manual, kurang jelasnya penjelasan tentang pemberian skor, dan kurangnya instruksi yang lebih spesifik yang akhirnya mengambigukan respon
3.    kecerobohan penguji dalam penghitungan maupun pengontrolan
4.    kesalahan yang disebabkan karena perbedaan antara penguji dan yang diuji
5.    masalah pekerjaan dari penguji

Keuntungan:
-Mencakup rentang umur 16-74 tahun
-Penyelesaian manual WAIS-R dapat mencangkup standar pengukuran kesalahan
-Skalanya memiliki konten dan struktur validitas
-Dapat digunakan untuk berbagai instansi
-Reliabilitas tinggi
-Dapat menghasilkan sejumlah besar informasi diantaranya : analisi pola, makna dari perbedaan antara skor skala subteks atau antara IQ verbal dan kinerja
-Tes ini tidak memiliki bias sistematis yang berlawanan dengan kelompok minoritas

Kelemahan:
Tes ini terlalu besar dan tidak dalam jalur konseptualisasi tertentu dari psikometrik dan inteligensi serta adanya examiner error.



TES IST (Inteligence Structure Test)

A.   Sejarah Perkembangan Tes IST (Intelligenz Struktur Test)

Tes IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes.
Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:
“Komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang lainnya.”
           
Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori bifaktor, teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori hirarki faktor. Berdasarkan teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor). Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari 9 subtes.






B.   Perkembangan Tes IST

Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu interkorelasi yang rendah antar subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang rendah pula (r=0.60).
Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an. 
Tes IST 1953
Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada tahun 1953.
Tes IST 1955
Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang usia untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia.
Tes IST 1970
Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10 tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan menggunakan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya.
Tes IST 2000
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal hitungan.
Tes IST 2000-Revised
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga penambahan subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA. 
Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural 
Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes Wissentest (tes pengetahuan) 
IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70. Tes ini pertama kali digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa Barat (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

Fungsi dan Tujuan IST

Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu. 

Skoring dan Interpretasi Tes IST

Skoring

Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa setiap jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua subtes  (SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali subtes 04-GE, setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE, tersedia nilai 2, 1, dan 0; karena subtes ini berbentuk isian singkat maka nilai yang  akan diberikan tergantung dengan jawaban yang diberikan oleh subjek.
Total nilai benar yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai ini belum dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang dapat menjadi materi untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi. Adapun norma yang digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek.


Interpretasi

Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut: 
Taraf kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya. Dimensi Festigung-Flexibilität. Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak berpikir yang dimiliki oleh subjek.

Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat. 
Profil M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-konkrit)
TES BINET
pada tahun 1905, Binet mendapatkan tugas dari pemerintahan untuk mendeteksi anak-anak yang memiliki kecerdasan terbelakang. Binet berasumsi bahwa kecerdasan dapat diukur melalui tugas-tugas yang menggunakan penalaran dan pemecahan masalah bukan pada ketrampilan motorik (fisik) dalam melakukan tugasnya binet  bekerja sama dengan ahli psikologi prancis theodore Simon menerbitkan skala Binet-Simon yg pertamanya.
Skala ini, yang dikenal sebagai skla 1905, terdiri dari 30 masalah atau tes yang diatur dalam urutan tingkat kesulitan yang makin tinggi. Tingkat kesulitan ditentukan secara empiris dengan menyelengarakan tes pada 50 anak normal berusia 3 sampai 11 tahun. Dan pada sejumlah anak terbelakang mental dan orang dewasa. Tes tes ini dirancang sehinga mencakup rentang fungsi-fungsi yang luas, yang diangap binet sebagai komponen hakiki inteligensi. Meskipun termasuk disini tes tes-tes indrawi dan persepsi proporsi muatan verbal sebenarnya jauh lebih banyak ditemukan pada skala ini ketimbang pada rangkaian tes tes lain waktu itu.
Pada tahun 1908, skala kedua, jumlah tes ditingkatkan, sejumlah tes yang tidak memuaskan dari dkala terdahulu dihapus, dan semua tes dikelompokka dalam tingkatan umur atas dasar kinerja dari 300 anak normal berusia antara 3 sampai 13 tahun. Dengan demikian, pada level 3 tahun ditempatkan semua tes yang sudah dilalui dan berhasil dikerjakan oleh 80 sampai 90% anak anak normal berusia 3 tahun, pada level 4 tahun, semua tes yang dilalui oleh anak-anak normal 4 tahun; dan seterusnya sampai usia 13 tahun. Skor anak pada seluruh tes bisa dirumuskan sebagai tingkatan mental yang berhubungan dengan usia anak-anak normal yang kinerjanya ia samakan.
Pada tahun 1991, ini adalah Revisi ketiga atas skala Binet-simon, tahun meningalnya Binet pada usia yang masih muda. Dalam skala ini, tak dilakukan perubahan fundamental. Hanya adalah revisi kecil dan relokasi atas tes-tes khusus. Lebih banyak tes ditambahkan ke beberapa tingkatan usia, dan skala ini di perluas sampai pada level orang dewasa.
Bahkan sebelum revisi 1908, tes Binet-simon menarik perhatian luas para psikolog diseluruh dunia.terjemahan dan adaptasi muncul dibanyak Negara, termasuk di Amerika Serikat. Pertama kali dilakukan oleh H.H.Goddard, kemudian oleh psikolog riset di Vineland Training School (untuk anak-anak terbelakang mental).



KLASIFIKASI IQ:
140 Keatas
Very  Superior
120-139
Suerior
110-119
Rata-rata Atas (High average)
90-109
Normal atau Rata-rata
80-89
Rata-rata Bawah (Low average)
70-79
Boderline Deffective
69-Kebawah
Cacat Mental ( mentally devective)

Dimana tes akan dimulai. Beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk menentukan awal tes Binet  yaitu :
1.      Menetukan umur kronologis anak(CA)
2.      Tes dimulai pada titik dimana anak mempunyai  kemungkinan  untuk berhasil \, akan  tetapi dengan usaha
3.      Pada umumnya tes binet dimulai setengah tahun atau satu tahun dibawah umur kronologis anak.
Menentukan tingkat umur “basal” dan “celling” :
 Basal :Umur basal jika seseorang testee dapat menjawab seluruh item pada suatu subtes.
Celling :umur “celling” jika seseorang tidak dapat menjawab seluruh item pada suatu subtes.
MENCARI IQ :
Rumus : IQ = MA / CA X 100
Ket :
  MA : umur mental didapatkan dengan cara umur basal ditambah dengan kridit tambahan yang diperoleh subjek diatas umur basalnya.
 CA : Kronologi umur diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal kelahiran atau umur kalender.




TUGAS TESTER :
1.      Mengevaluasi yang dilakukan subjek tertentu pada kondisi yang telah ditentukan.
2.      Penyekoran tes binet harus diskror selama penyajian, sedangkan konsultasi dengan kunci penyekoran setelah skor penyekoran.
3.      Mempertahankan validitas dalam penyajian tes, dimana ada 3 hal penting yaitu :
a.       Prosedur baku harus diikuti
b.      Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik agar testee mendapatkan rasa nyaman dan tenang dalam tes.
c.       Pebyekoran dengan respon yang tepat,

PRINSIP UMUM DALAM PELAKSANAAN TES :
1.      Seorang tester boleh mengulangi pertanyaan lebih dari satu kali, tapi sedapat mungkin pertanyaan tersebut jangan diulang.
2.      Apabila testee tidak mengerti pertanyaan yang diajukan , maka tester bias menjelaskan bagian terpenting dari pertanyaan tersebut.
3.      Untuk tes ingatan tidak dapat diulang, kecuali ada yang membuat testee tidak mengerti seperti suara tester yang tidak jelas atau pendengaran testee yang kurang baik.
4.    Apabila jawaban yang diberikan meragukan dalam penyajian tes, maka perlu dilakukan penjelasan lebih lanjut dari jawaban yang diberikan oleh testee.
5.      Skor positif hanya apabila subjek tahu arti standar atau baku walaupun jawaban lain betul.
DAFTAR PUSTAKA
Domino, George. 2006. Psychological Testing an Indruction. New York. Cambridge Univ.
Groth, Marnat. 2003. Psychological Assessment. New Jersey. University of Minnesota
Anastasi, Anna. Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks. 2006
Suryabrata, Sumadi. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1990
Wirawan Sarwono, Sarlito. PENGANTAR PSIKOLOGI UMUM. Raja Wali Pers: Jakarta. 2010
Sobur, Alex. PSIKOLOGI UMUM. Pustaka Setia:Bandung. 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar