PENDEKATAN
SOSIAL BUDAYA
Makalah
yang Disusun untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kesehatan dan Gangguan
Mental Semester III/2015
Disusun
Oleh :
ROSITA HANNA ARINTA 14081018
DEA 14081026
TRIA SEPTIYANI 14081036
TRIFONIA SRI. R. BOTA LAGAMAKIN 14081062
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MERCU BUANA YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Kebudayaan Sosial”. Tidak
lupa kami juga mengucapkan terimakasih
kepada dosen karena telah memberikan tugas makalah ini sehingga menambah ilmu
kami mengenai kebudayaan sosial.
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 29 September 2015
DAFTAR ISI
Kata
pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar
isi........................................................................................................................... iii
Bab
I Pendahuluan............................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................. 1
1.3 Tujuan dan manfaat............................................................................................... 2
Bab
II Isi.......................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian............................................................................................................. 3
2.2 Pendekatan sosial budaya...................................................................................... 4
Bab
III Penutup................................................................................................................ 8
Kesimpulan....................................................................................................................... 8
Daftar
pustaka.................................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosial
Budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur
sosial budaya. Sebab sebagian besar dari kegiatan manusia dilakukan secara
kelompok.Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia itu senang bergaul dan
berinteraksi dengan manusia lain di dalam kehidupan bermasyarakatnya, maupun
berinteraksi dengan lingkungannya. Hidup di masyarakat merupakan manifestasi
bakat sosial individu, namun apabila tidak dipersiapkan dengan sebaik-baiknya,
maka individu akan mengalami kesulitan bersosial di dalam masyarakat dan
lingkungan sosialnya.Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar
masayarakat, dan individu dengan masayarakat sedangkan budaya mengacu pada pola
aktivitas manusia dan simbol, yang memberikan arti penting untuk kegiatan
Bermasyarakat yang dapat di ekspresikan melalui seni, sastra, kostum, adat dan
tradisi sehingga terbentuklah suatu budaya. Dengan demikian sosial dan budaya
sangatlah berkaitan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah yaitu :
1.
Apa itu pendekatan sosial
budaya?
2.
Apa saja teori dari pendekatan
sosial budaya ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan:
Untuk mengetahui pengaruh dari
sosial budaya serta bagaimana
cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat:
Manfaat dari Makalah ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman yang luas mengenai sosial budaya dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, sosial ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum
(kata sifat).
Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi.
Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal
budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian,
pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
Maka definisi sosial budaya itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh
manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan
bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan
pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan sosial budaya
berfokus pada kekuatan sosial dan budaya sebagai kekuatan yang bekerja di luar
individu. Kekuatan sosial dan budaya inilah yang membentuk setiap aspek
perilaku manusia, mulai dari cara kita mencium sampai apa yang kita makan dan
di mana kita makan. Banyak dari kita meremehkan pengaruh orang lain, konteks
sosial, dan peraturan budaya pada hampir seluruh perilaku kita. Kita ibarat
ikan yang tidak sadar bahwa kita hidup di air, meskipun demikian jelasnya
pengaruh air dalam kehidupan kita. Para psikolog dari perspektif ini
mempelajari air yakni lingkungan sosial dan budaya tempat manusia “berenang”
setiap hari.
Melalui perspektif ini,
para psikolog sosial mengarahkan penelitiannya pada peraturan, peran sosial,
cara seseorang menaati otoritas, cara kita dipengaruhi oleh orang lain seperti
pasangan, kekasih, teman, atasan, orang tua, dan orang asing. Psikolog budaya
menelaah cara peraturan dan nilai budaya (baik yang eksplisit maupun implisit)
mempengaruhi perkembangan perilaku dan perasaan seseorang. Mereka mempelajari
cara budaya mempengaruhi kesediaan seseorang untuk menolong orang asing yang
sedang mengalami kesulitan, atau cara budaya mempengaruhi apa yang dilakukan
seseorang ketika sedang berada dalam keadaan marah. Karena manusia pada
hakikatnya adalah hewan sosial yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang
berbeda-beda, perspektif sosiokultural telah membuat psikologi menjadi disiplin
ilmu yang lebih representatif dan tepat.
Pendekatan sosial budaya menelusuri cara-cara lingkungan sosial dan budaya
dalam mempengaruhi perilaku. Para penganut pendekatan ini berpendapat bahwa
pemahaman yang menyeluruh mengenai perilaku seseorang memerlukan pengetahuan
mengenai konteks budaya tempat perilaku itu muncul. Pendekatan sosial tidak
hanya memusatkan pada perbandingan perilaku pada seluruh negara tapi juga pada
perliku individu dari kelompok etnis dan budaya yang berbeda dalam suatu
negara.
2.2
Pendekatan Sosial Budaya
Pandangan para ahli
teori sosio budaya hampir sama dengan pandangan para humanis dan para
eksistentialis. Mereka juga berbicara mengenai hubungan manusia dengan alam
semesta dan kematian, sedangkan para pendukung pandangan sosio budaya berbicara
mengenai hubungan antara individu dan norma-norma serta harapan-harapan
masyarakat.
Dukungan
Sosial Tidak Ada
Para ahli teori sosio
budaya mengemukakan bahwa penyebab tingkah laku abnormal tidak ditemukan dalam
individu, melainkan dalam masyarakat itu sendiri. orang-orang akan
mengembangkan masalah-masalah psikologis bila mereka berada dalam stress yang
hebat yang disebabkan oleh kemiskinan, kemelaratan social, diskriminasi dan
tidak memiliki peluang. Dengan kata lain, pandangan sosio budaya melihat
tingkah laku abnormal (maladaptive) sebagai akibat dari ketidakmampuan individu
untuk menangani stress secara efektif. Hal itu tidak dilihat sebagai penyakit
atau masalah yang ada hanya dalam individu, tetapi sekurang-kurangnya sebagian
merupakan kegagalan sistem dukung social.
Selanjutnya, para
psikolog sosio budaya mengemukakan bahwa hubungan-hubungan antar pribadi
individu dalam masyarakat akan mempengaruhi kesehatan mental individu. Makin
matang individu secara intelektual dan emosional, maka makin besar kemampuan
untuk berfungsi sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Ini hanya
mungkin terjadi kalau masyarakat dimana individu itu hidup ikut berperan dalam
meningkatkan kesehatan mental individu. Tetapi, masyarakat sering menyebabkan
pola-pola tingkah laku abnormal dalam anggota masyarakat karena masyarakat
tidak menyediakan sarana-sarana atau lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk
pembinaan kesehatan mental. Keluarga berantakan dan anak-anak lari meninggalkan
rumah karena orang tua yang emosinya tidak stabil, tidak dapat menemukan
bantuan yang dibutuhkan. Beberapa masyarakat memiliki sarana-sarana atau
lembaga-lembaga yang sangat penting untuk kesehatan mental, tetapi karena
kekurangan kepemimpinan maka tidak dapat mengembangkan program kesehatan
masyarakat.
Para psikolog sosio
budaya tidak menyangkal peran dari sejarah hidup atau faktor genetik dalam
menyebabkan tingkah laku abnormal (maladaptive) tetapi tidak dianggap cukup
untuk menimbulkan tingkah laku tersebut, selain kalau tidak ada faktor-faktor
social yang mendukung kesehatan mental individu dan mencegah tingkah laku
abnormal. Dengan kata lain, masyarakat mendukung kesehatan mental individu dari
luar. Usaha-usaha masyarakat yang bergerak menuju kebersihan perkampungan
kumuh, pembangunan kembali perkotaan, perbaikan sistem-sistem sekolah yang
lebih baik dan guru-guru yang bermutu, penyediaan fasilitas reaksi yang lebih
banyak, program kepemudaan, penyediaan lapangan kerja yang cukup, pemberian
skala gaji yang memadai, pembentukan pemerintahan yang lebih baik dan lebih
efisien merupakan contoh-contoh khusus penerapan dukungan masyarakat terhadap
kesehatan mental individu.
Masyarakat dalam masa
peralihan harus dapat menyesuaikan diri dengan faktor-faktor tertentu, seperti
sumber-sumber daya fisik yang berubah, perkembangan-perkembangan yang sangat
cepat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi.
“ketertinggalan budaya” yakni ketidakmampuan fungsi masyarakat untuk
menginformasikan atau mendidik warga-warganya mengenai penemuan-penemuan baru
dan penerapannya, pola-pola kehidupan yang berubah-ubah dan perubahan-perubahan
dalam organisasi masyarakat itu sendiri.
Para psikolog sosio
budaya berpendapat bahwa peningkatan kesehatan mental individu bukan hanya
tanggung jawab profesi kedokteran saja, melainkan juga tanggung jawab
lembaga-lembaga sosial yang terorganisasi seperti keluarga, tempat kerja,
lembaga agama, sistem pendidikan, saluran-saluran rekreasi dan
pelayanan-pelayanan khusus yang bersifat memperbaiki dan melindungi.
Usaha-usaha yayasan swasta merupakan sumber kesehatan mental ysng penting dalam
masyarakat. Dalam masyarakat modern, perumahan merupakan faktor yang sangat
penting diantara segi-segi lingkungan fisik. Kondisi-kondisi perumahan ada
kaitannya dengan kesehatan dan kepribadian. Jika kondisi-kondisi itu
menyebabkan perasaan tidak adekuat atau rendah diri, maka jelas pengaruhnya
sangat merugikan kesehatan mental. Keadaan yang berjubel tidak menjamin privasi
individu dan kekurangan udara serta sinar matahari menyebabkan penularan
penyakit semakin mudah. Tempat-tempat tinggal yang dingin dan lembab serta
gersang mengurangi ketahanan fisik dan mental. Sangat penting bahwa masyarakat
menyediakan lingkungan yang cukup baik dan berguna agar baik anak-anak maupun
orang dewasa berkembang dengan adekuat didalam ruang lingkupnya.
Sebutan
(labeling)
Menurut para ahli teori
sosio budaya yang radikal, seperti psikiater Thomas Szasz (1961), penyakit
mental tidak lebih daripada hanya mitos suatu konsep yang digunakan untuk
menodai dan menundukkan orang-orang yang tingkah lakunya menyimpang dari
masyarakat. Szasz mengemukakan bahwa apa yang dinamakan penyakit mental
sebenarnya adalah masalah-masalah dalam hidup buka penyakit seperti halnya
influenza, tekanan darah tinggi dan kanker. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa
orang-orang yang melukai hati orang lain atau menjalankan tingkah laku yang
menyimpang dari masyarakat dilihat sebagai ancaman oleh orang-orang yang sudah
merasa diri mapan.
Para ahli teori sosio
budaya juga berpendapat bahwa begitu sebutan (labeling) “penyakit mental”
digunakan, maka sulit sekali menghilangkannya. Sebutan itu juga mempengaruhi
bagaimana orang lain memberikan respons kepada
orang itu. Dengan sebutan “sakit
mental”, maka orang lain memberikan stigmatisasi dan degradasi sosial kepada
orang itu. Peluang-peluang kerja tertutup untuk mereka, persahabatan mungkin
putus dan orang-orang yang disebut sakit mental itu makin lama makin diasingkan
dari masyarakat. Szasz berpendapat bahwa memperlakukan orang-orang sebagai “orang-orang
yang menderita sakit mental” sama saja
menelanjangi martabat mereka karena menolak mereka untuk bertanggung jawab
terhadap tingkah laku dan pilihan mereka sendiri. dalam pandangan Szasz,
orang-orang yang bermasalah harus didorong untuk lebih bertanggung jawab dalam
menangani hidup dan memecahkan masalah-masalah mereka sendiri.
Masyarakat
sebagai Agen yang Tidak Adil
Salah seorang pendukung
terkenal dari pandangan sosio budaya adalah R.D.Laing. seorang psikiater
Inggris, memiliki pandangan yang sama dengan para humanis mengenai
bermacam-macam penyakit sosial dalam masyarakat kontemporer. Dia berpandangan
lebih kritis karena menuduh masyarakat sebagai agen yang tidak adil karena
tetap berjuang supaya kelas bawah tetap berada sebagai kelas bawah. Laing juga
mengkritik komunikasi modern, terutama pola-pola komunikasi dalam keluarga.
Keluarga dan masyarakat menetapkan tujuan-tujuan yang bertentangan dan tanpa
makna serta mendorong individu untuk memberangus tingkah lakunya sendiri yang
autentik dan mengutamakan peran sosial yang sesuai dengan harapan dan cita-cita
masyarakat.
Pada waktu individu
menjadi dewasa, dia diputuskan dari dirinya yang sebenarnya dan dia
mengembangkan diri palsu yang cocok dengan dunia sosial (masyarakat) dengan
akibatnya ia merasa terasing dari dirinya sendiri.
Komentar
Tentang Pendekatan Sosio Budaya
Pandangan sosio budaya
telah menekankan peran lingkungan sosial terhadap emosi-emosi dan tingkah laku
abnormal (maladaptive). Misalnya, tingkat stress dan depresi anak-anak
meningkat bila mereka hidup dalam suatu lingkungan dimana orang-orang dewasa
selalu marah dan bertindak agresif. Ada bukti bahwa kepekaan terhadap
perselisihan orang tua adalah lebih besar untuk anak laki-laki daripada untuk
anak perempuan (Cummings, et al., 1985; Farber, et al., 1985).
Pandangan sosio budaya
telah berpengaruh dalam menghasilkan pendekatan-pendekatan baru yang kreatif
terhadap tingkah laku abnormal pada golongan-golongan penduduk yang
kebutuhan-kebutuhan psikologisnya sampai sekarang terabaikan. Pendekatan ini
efektif baik dalam mengubah segi pemikiran akademik maupun dalam mengubah
kebijakan sosial. Pendekatan ini juga penting karena mengajukan beberapa
pertanyaan penelitian yang akan datang dan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menyumbangkan sesuatu kepada pemahaman kita
mengenai penyebab sosial dari tingkah laku abnormal dan cara-cara lingkungan
sosial dapat meningkatkan kehidupan anak-anak dan orang-orang dewasa.
Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan adalah : (1) Bagaimana stress dalam
kehidupan pribadi dan dalam masyarakat mempengaruhi tingkah laku abnormal?; (2)
Dapatkah masyarakat memberikan dukungan sosial yang mencegah tingkah laku
abnormal atau membatasi akibat-akibat yang tidak diinginkan?; (3) Bagaimanakah
masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dari kelompok-kelompok tertentu, seperti
orang-orang yang menderita penyakit mental kronis dan orang-orang tunawisma,
dengan sangat baik?
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sosial
Budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur
sosial budaya.Pendekatan sosial budaya berfokus pada kekuatan sosial dan budaya
sebagai kekuatan yang bekerja di luar individu pendekatan ini berpendapat bahwa
pemahaman yang menyeluruh yaitu mengenai perilaku seseorang yang memerlukan
pengetahuan mengenai konteks budaya tempat perilaku itu muncul.Sosial budaya
itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan
budi nuraninya untuk kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia
membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A. 2012. Psikologi Umum :
Sebuah Pandangan Apresiasif. Jakarta : Salemba
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan
Mental 1. Yogyakarta : Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar