Minggu, 04 Oktober 2015

sosiokultural ( makalah mengenai sosial budaya)



PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA

Makalah yang Disusun untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kesehatan dan Gangguan Mental Semester III/2015












Disusun Oleh :
ROSITA HANNA ARINTA                             14081018
DEA                                                                14081026
TRIA SEPTIYANI                                           14081036
TRIFONIA SRI. R. BOTA LAGAMAKIN       14081062



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Kebudayaan Sosial”. Tidak lupa kami juga mengucapkan  terimakasih kepada dosen karena telah memberikan tugas makalah ini sehingga menambah ilmu kami mengenai kebudayaan sosial.
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




Yogyakarta, 29 September 2015








DAFTAR  ISI

Kata pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar isi........................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................. 1
1.3 Tujuan dan manfaat............................................................................................... 2
Bab II Isi.......................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian............................................................................................................. 3
2.2 Pendekatan sosial budaya...................................................................................... 4
Bab III Penutup................................................................................................................ 8
Kesimpulan....................................................................................................................... 8
Daftar pustaka.................................................................................................................. 9




BAB I


PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sosial Budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian besar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok.Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia itu senang bergaul dan berinteraksi dengan manusia lain di dalam kehidupan bermasyarakatnya, maupun berinteraksi dengan lingkungannya. Hidup di masyarakat merupakan manifestasi bakat sosial individu, namun apabila tidak dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, maka individu akan mengalami kesulitan bersosial di dalam masyarakat dan lingkungan sosialnya.Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar masayarakat, dan individu dengan masayarakat sedangkan budaya mengacu pada pola aktivitas manusia dan simbol, yang memberikan arti penting untuk kegiatan Bermasyarakat yang dapat di ekspresikan melalui seni, sastra, kostum, adat dan tradisi sehingga terbentuklah suatu budaya. Dengan demikian sosial dan budaya sangatlah berkaitan.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah yaitu :
1.      Apa itu pendekatan sosial budaya?
2.      Apa saja teori dari pendekatan sosial budaya ?





1.3 Tujuan dan Manfaat

                Tujuan:
Untuk mengetahui  pengaruh dari  sosial budaya serta  bagaimana cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.


Manfaat: 
Manfaat dari Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang luas mengenai sosial budaya  dalam penerapan  kehidupan sehari-hari.









 


  


BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sosial ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat).
          Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
          Maka definisi sosial budaya itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan sosial budaya berfokus pada kekuatan sosial dan budaya sebagai kekuatan yang bekerja di luar individu. Kekuatan sosial dan budaya inilah yang membentuk setiap aspek perilaku manusia, mulai dari cara kita mencium sampai apa yang kita makan dan di mana kita makan. Banyak dari kita meremehkan pengaruh orang lain, konteks sosial, dan peraturan budaya pada hampir seluruh perilaku kita. Kita ibarat ikan yang tidak sadar bahwa kita hidup di air, meskipun demikian jelasnya pengaruh air dalam kehidupan kita. Para psikolog dari perspektif ini mempelajari air yakni lingkungan sosial dan budaya tempat manusia “berenang” setiap hari.
Melalui perspektif ini, para psikolog sosial mengarahkan penelitiannya pada peraturan, peran sosial, cara seseorang menaati otoritas, cara kita dipengaruhi oleh orang lain seperti pasangan, kekasih, teman, atasan, orang tua, dan orang asing. Psikolog budaya menelaah cara peraturan dan nilai budaya (baik yang eksplisit maupun implisit) mempengaruhi perkembangan perilaku dan perasaan seseorang. Mereka mempelajari cara budaya mempengaruhi kesediaan seseorang untuk menolong orang asing yang sedang mengalami kesulitan, atau cara budaya mempengaruhi apa yang dilakukan seseorang ketika sedang berada dalam keadaan marah. Karena manusia pada hakikatnya adalah hewan sosial yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang berbeda-beda, perspektif sosiokultural telah membuat psikologi menjadi disiplin ilmu yang lebih representatif dan tepat.
Pendekatan sosial budaya menelusuri cara-cara lingkungan sosial dan budaya dalam mempengaruhi perilaku. Para penganut pendekatan ini berpendapat bahwa pemahaman yang menyeluruh mengenai perilaku seseorang memerlukan pengetahuan mengenai konteks budaya tempat perilaku itu muncul. Pendekatan sosial tidak hanya memusatkan pada perbandingan perilaku pada seluruh negara tapi juga pada perliku individu dari kelompok etnis dan budaya yang berbeda dalam suatu negara.

2.2 Pendekatan Sosial Budaya
Pandangan para ahli teori sosio budaya hampir sama dengan pandangan para humanis dan para eksistentialis. Mereka juga berbicara mengenai hubungan manusia dengan alam semesta dan kematian, sedangkan para pendukung pandangan sosio budaya berbicara mengenai hubungan antara individu dan norma-norma serta harapan-harapan masyarakat.
Dukungan Sosial Tidak Ada
Para ahli teori sosio budaya mengemukakan bahwa penyebab tingkah laku abnormal tidak ditemukan dalam individu, melainkan dalam masyarakat itu sendiri. orang-orang akan mengembangkan masalah-masalah psikologis bila mereka berada dalam stress yang hebat yang disebabkan oleh kemiskinan, kemelaratan social, diskriminasi dan tidak memiliki peluang. Dengan kata lain, pandangan sosio budaya melihat tingkah laku abnormal (maladaptive) sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk menangani stress secara efektif. Hal itu tidak dilihat sebagai penyakit atau masalah yang ada hanya dalam individu, tetapi sekurang-kurangnya sebagian merupakan kegagalan sistem dukung social.
Selanjutnya, para psikolog sosio budaya mengemukakan bahwa hubungan-hubungan antar pribadi individu dalam masyarakat akan mempengaruhi kesehatan mental individu. Makin matang individu secara intelektual dan emosional, maka makin besar kemampuan untuk berfungsi sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Ini hanya mungkin terjadi kalau masyarakat dimana individu itu hidup ikut berperan dalam meningkatkan kesehatan mental individu. Tetapi, masyarakat sering menyebabkan pola-pola tingkah laku abnormal dalam anggota masyarakat karena masyarakat tidak menyediakan sarana-sarana atau lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk pembinaan kesehatan mental. Keluarga berantakan dan anak-anak lari meninggalkan rumah karena orang tua yang emosinya tidak stabil, tidak dapat menemukan bantuan yang dibutuhkan. Beberapa masyarakat memiliki sarana-sarana atau lembaga-lembaga yang sangat penting untuk kesehatan mental, tetapi karena kekurangan kepemimpinan maka tidak dapat mengembangkan program kesehatan masyarakat.
Para psikolog sosio budaya tidak menyangkal peran dari sejarah hidup atau faktor genetik dalam menyebabkan tingkah laku abnormal (maladaptive) tetapi tidak dianggap cukup untuk menimbulkan tingkah laku tersebut, selain kalau tidak ada faktor-faktor social yang mendukung kesehatan mental individu dan mencegah tingkah laku abnormal. Dengan kata lain, masyarakat mendukung kesehatan mental individu dari luar. Usaha-usaha masyarakat yang bergerak menuju kebersihan perkampungan kumuh, pembangunan kembali perkotaan, perbaikan sistem-sistem sekolah yang lebih baik dan guru-guru yang bermutu, penyediaan fasilitas reaksi yang lebih banyak, program kepemudaan, penyediaan lapangan kerja yang cukup, pemberian skala gaji yang memadai, pembentukan pemerintahan yang lebih baik dan lebih efisien merupakan contoh-contoh khusus penerapan dukungan masyarakat terhadap kesehatan mental individu.
Masyarakat dalam masa peralihan harus dapat menyesuaikan diri dengan faktor-faktor tertentu, seperti sumber-sumber daya fisik yang berubah, perkembangan-perkembangan yang sangat cepat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi. “ketertinggalan budaya” yakni ketidakmampuan fungsi masyarakat untuk menginformasikan atau mendidik warga-warganya mengenai penemuan-penemuan baru dan penerapannya, pola-pola kehidupan yang berubah-ubah dan perubahan-perubahan dalam organisasi masyarakat itu sendiri.
Para psikolog sosio budaya berpendapat bahwa peningkatan kesehatan mental individu bukan hanya tanggung jawab profesi kedokteran saja, melainkan juga tanggung jawab lembaga-lembaga sosial yang terorganisasi seperti keluarga, tempat kerja, lembaga agama, sistem pendidikan, saluran-saluran rekreasi dan pelayanan-pelayanan khusus yang bersifat memperbaiki dan melindungi. Usaha-usaha yayasan swasta merupakan sumber kesehatan mental ysng penting dalam masyarakat. Dalam masyarakat modern, perumahan merupakan faktor yang sangat penting diantara segi-segi lingkungan fisik. Kondisi-kondisi perumahan ada kaitannya dengan kesehatan dan kepribadian. Jika kondisi-kondisi itu menyebabkan perasaan tidak adekuat atau rendah diri, maka jelas pengaruhnya sangat merugikan kesehatan mental. Keadaan yang berjubel tidak menjamin privasi individu dan kekurangan udara serta sinar matahari menyebabkan penularan penyakit semakin mudah. Tempat-tempat tinggal yang dingin dan lembab serta gersang mengurangi ketahanan fisik dan mental. Sangat penting bahwa masyarakat menyediakan lingkungan yang cukup baik dan berguna agar baik anak-anak maupun orang dewasa berkembang dengan adekuat didalam ruang lingkupnya.
Sebutan (labeling)
Menurut para ahli teori sosio budaya yang radikal, seperti psikiater Thomas Szasz (1961), penyakit mental tidak lebih daripada hanya mitos suatu konsep yang digunakan untuk menodai dan menundukkan orang-orang yang tingkah lakunya menyimpang dari masyarakat. Szasz mengemukakan bahwa apa yang dinamakan penyakit mental sebenarnya adalah masalah-masalah dalam hidup buka penyakit seperti halnya influenza, tekanan darah tinggi dan kanker. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa orang-orang yang melukai hati orang lain atau menjalankan tingkah laku yang menyimpang dari masyarakat dilihat sebagai ancaman oleh orang-orang yang sudah merasa diri mapan.
Para ahli teori sosio budaya juga berpendapat bahwa begitu sebutan (labeling) “penyakit mental” digunakan, maka sulit sekali menghilangkannya. Sebutan itu juga mempengaruhi bagaimana orang lain memberikan respons kepada  orang itu.  Dengan sebutan “sakit mental”, maka orang lain memberikan stigmatisasi dan degradasi sosial kepada orang itu. Peluang-peluang kerja tertutup untuk mereka, persahabatan mungkin putus dan orang-orang yang disebut sakit mental itu makin lama makin diasingkan dari masyarakat. Szasz berpendapat bahwa memperlakukan orang-orang sebagai “orang-orang yang menderita sakit mental”  sama saja menelanjangi martabat mereka karena menolak mereka untuk bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan pilihan mereka sendiri. dalam pandangan Szasz, orang-orang yang bermasalah harus didorong untuk lebih bertanggung jawab dalam menangani hidup dan memecahkan masalah-masalah mereka sendiri.
Masyarakat sebagai Agen yang Tidak Adil
Salah seorang pendukung terkenal dari pandangan sosio budaya adalah R.D.Laing. seorang psikiater Inggris, memiliki pandangan yang sama dengan para humanis mengenai bermacam-macam penyakit sosial dalam masyarakat kontemporer. Dia berpandangan lebih kritis karena menuduh masyarakat sebagai agen yang tidak adil karena tetap berjuang supaya kelas bawah tetap berada sebagai kelas bawah. Laing juga mengkritik komunikasi modern, terutama pola-pola komunikasi dalam keluarga. Keluarga dan masyarakat menetapkan tujuan-tujuan yang bertentangan dan tanpa makna serta mendorong individu untuk memberangus tingkah lakunya sendiri yang autentik dan mengutamakan peran sosial yang sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat.
Pada waktu individu menjadi dewasa, dia diputuskan dari dirinya yang sebenarnya dan dia mengembangkan diri palsu yang cocok dengan dunia sosial (masyarakat) dengan akibatnya ia merasa terasing dari dirinya sendiri.
Komentar Tentang Pendekatan Sosio Budaya
Pandangan sosio budaya telah menekankan peran lingkungan sosial terhadap emosi-emosi dan tingkah laku abnormal (maladaptive). Misalnya, tingkat stress dan depresi anak-anak meningkat bila mereka hidup dalam suatu lingkungan dimana orang-orang dewasa selalu marah dan bertindak agresif. Ada bukti bahwa kepekaan terhadap perselisihan orang tua adalah lebih besar untuk anak laki-laki daripada untuk anak perempuan (Cummings, et al., 1985; Farber, et al., 1985).
Pandangan sosio budaya telah berpengaruh dalam menghasilkan pendekatan-pendekatan baru yang kreatif terhadap tingkah laku abnormal pada golongan-golongan penduduk yang kebutuhan-kebutuhan psikologisnya sampai sekarang terabaikan. Pendekatan ini efektif baik dalam mengubah segi pemikiran akademik maupun dalam mengubah kebijakan sosial. Pendekatan ini juga penting karena mengajukan beberapa pertanyaan penelitian yang akan datang dan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menyumbangkan sesuatu kepada pemahaman kita mengenai penyebab sosial dari tingkah laku abnormal dan cara-cara lingkungan sosial dapat meningkatkan kehidupan anak-anak dan orang-orang dewasa. Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan adalah : (1) Bagaimana stress dalam kehidupan pribadi dan dalam masyarakat mempengaruhi tingkah laku abnormal?; (2) Dapatkah masyarakat memberikan dukungan sosial yang mencegah tingkah laku abnormal atau membatasi akibat-akibat yang tidak diinginkan?; (3) Bagaimanakah masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dari kelompok-kelompok tertentu, seperti orang-orang yang menderita penyakit mental kronis dan orang-orang tunawisma, dengan sangat baik?


BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Sosial Budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya.Pendekatan sosial budaya berfokus pada kekuatan sosial dan budaya sebagai kekuatan yang bekerja di luar individu pendekatan ini berpendapat bahwa pemahaman yang menyeluruh yaitu mengenai perilaku seseorang yang memerlukan pengetahuan mengenai konteks budaya tempat perilaku itu muncul.Sosial budaya itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.










DAFTAR PUSTAKA


King, Laura A. 2012. Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiasif. Jakarta : Salemba
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta : Kanisius

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar